Tuesday, March 22, 2011

"PIRING KAYU DAN GELAS BAMBU"

SEORANG lelaki tua yang baru ditinggal mati isterinya tinggal bersama anaknya, Arwan dan menantu perempuannya, Rina, serta cucunya, Viva yang baru berusia enam tahun. Keadaan lelaki tua itu sudah uzur, jari-jemarinya senantiasa gemetar dan pandangannya semakin hari semakin buram. Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama. Lelaki tua itu merasa kurang nyaman menikmati hidangan di meja makan. Dia merasa amat canggung menggunakan sendok dan garpu. Selama ini dia gemar bersila, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan. Cukup sukar dirasakannya, sehingga seringkali makanan tersebut tumpah.

Sebenarnya dia merasa malu seperti itu di depan anak menantu, tetapi dia gagal menahannya. Oleh karena kerap sekali dilirik menantu, selera makannya pun hilang. Dan tatkala dia memegang gelas minuman, pegangannya terlepas.
Praaaaaannnnngggggg!! Bertaburanlah serpihan gelas di lantai.

Pak tua menjadi serba salah. Dia bangun, mencoba memungut serpihan gelas itu, tapi Arwan melarangnya. Rina cemberut, mukanya masam. Viva merasa kasihan melihat kakeknya, tapi dia hanya dapat melihat untuk kemudian meneruskan makannya.

"Esok ayah tak boleh makan bersama kita," Viva mendengar ibunya berkata pada kakeknya, ketika kakeknya beranjak masuk ke dalam kamar. Arwan hanya membisu. Sempat anak kecil itu memandang tajam ke dalam mata ayahnya.

Demi memenuhi tuntutan Rina, Arwan membelikan sebuah meja kecil yang rendah, lalu diletakkan di sudut ruang makan. Di situlah ayahnya menikmati hidangan sendirian, sedangkan anak menantunya makan di meja makan. Viva juga dilarang apabila dia merengek ingin makan bersama kakeknya.

Air mata lelaki tua meleleh mengenang nasibnya diperlakukan demikian. Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan. Dia terkenang arwah isterinya. Lalu perlahan-lahan dia berbisik: "Miah... buruk benar layanan anak kita pada abang."

Sejak itu, lelaki tua merasa tidak betah tinggal di situ. Setiap hari dia dihardik karena menumpahkan sisa makanan. Dia diperlakukan seperti budak. Pernah dia terpikir untuk lari dari situ, tetapi begitu dia teringat cucunya, dia pun menahan diri. Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dicaci dan dihina anak menantu.

Suatu malam, Viva terperanjat melihat kakeknya makan menggunakan piring kayu, begitu juga gelas minuman yang dibuat dari bambu. Dia mencoba mengingat-ingat, di manakah dia pernah melihat piring seperti itu.
"Oh!
Ya..." bisiknya. Viva teringat, semasa berkunjung ke rumah sahabat papanya dia melihat tuan rumah itu memberi makan kucing-kucing mereka menggunakan piring yang sama!

"Tak akan ada lagi yang pecah, kalau tidak begitu, nanti habis piring dan mangkuk ibu," kata Rina apabila anaknya bertanya.

Waktu terus berlalu. Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan, tiada lagi piring atau gelas yang pecah. Apabila Viva memandang kakeknya yang sedang menyuap makanan, kedua-duanya hanya berbalas senyum.

Seminggu kemudian, sewaktu pulang bekerja, Arwan dan Rina terperanjat melihat anak mereka sedang bermain dengan kepingan-kepingan kayu.
Viva seperti sedang membuat sesuatu. Ada palu, gergaji dan pisau di sisinya.

"Sedang membuat apa sayang? Berbahaya main benda-benda seperti ini,"
kata Arwan menegur manja anaknya.
Dia sedikit heran bagaimana anaknya dapat mengeluarkan peralatan itu, padahal ia menyimpannya di dalam gudang.

"Mau bikin piring, mangkuk dan gelas untuk Ayah dan Ibu. Bila Viva
besar nanti, supaya tak susah mencarinya, tak usah ke pasar beli piring seperti untuk Kakek," kata Viva.

Begitu mendengar jawaban anaknya, Arwan terkejut. Perasaan Rina
terusik. Kelopak mata kedua-duanya basah. Jawaban Viva menusuk seluruh
jantung, terasa seperti diiiris pisau. Mereka tersentak, selama ini mereka telah
berbuat salah !

Malam itu Arwan menuntun tangan ayahnya ke meja makan. Rina menyendokkan nasi dan menuangkan minuman ke dalam gelas. Nasi yang tumpah tidak dihiraukan lagi. Viva beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan terakhir wajah kakeknya. Dia tidak bertanya, cuma tersenyum saja, bahagia dapat duduk bersebelahan lagi dengan kakeknya di meja makan. Lelaki tua itu juga tidak tahu kenapa anak menantunya tiba-tiba berubah.

"Esok Viva mau buang piring kayu dan gelas bambu itu" kata Viva pada ayahnya setelah selesai makan. Arwan hanya mengangguk, tetapi dadanya masih terasa sesak.


MORAL OF THE STORY - Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita.
Bapak
Ibu kita hanya satu, setelah meninggal tidak akan ada pengganti.
Jadi,
berbaktilah kepada mereka selagi hidup !

Cara Untuk Kita Bisa Lebih Dekat Dengan Allah

Berkata Al-imam Al-Ghazali yang artinya : Bila engkau Berdzikir kepada Allah Bersama-sama dan yang mana enkau memuliakan Allah maka Allah akan membanggakan kita dan mengatakan kepada Malaikat tentang semua kebaikan kita, Dan Bila Engkau Berusaha ingin dekat kepada Allah maka Allah akan dekat kepada kita dengan di berinya taufik dan hidayah kepada kita.Mari kita ber doa kepada Allah supaya kita di beri taufik oleh Allah , disebabkan orang yang malas ibadah itu karena dia tidak di beri taufik oleh Allah. marilah kita berlomba-lomba ibadah kepada Allah.Berkata Al-imam Al-Ghazali ; kalau engkau manusia sudah mengetahui Allah, maka akan engkau jadikan Allah sebaik-baik teman mu dan akan engkau singkirkan teman-teman manusia yang tidak ada manfa’atnya itu dan bila engkau tidak dapat menjadikan Allah teman Maka penuhilah harian mu dengan engkau memperbanyak Beribadah kepada Allah maka otomatis Allah yang akan menemani kita, dan bila engkau dalam satu hari tidak dapat melakukan ibadah maka dalam satu hari itu Allah tidak Akan bersama mu, Jadikanlah ibadah sebagai kelezatan dan bila mana engkau tidak bisa merasakan kelezatan maka sesungguhnya di balik kelezatan itu terdapat banyak faedah yang sangat Besar yang di berikan oleh Allah kepada kita, maka cobalah ibadah itu dengan rasa lezat dan nikmat.
Berikut Adab/tata cara/tuntunan kita untuk bisa merasakan berteman dengan Allah :
(maksud berteman yaitu: dekat)
1. Tundukan kepalamu dan pejamkan ke dua belah mata mu (pejamkan matamu ketika engkau melihat sesuatu yang tidak pantas engkau lihat)
2. Hapus kan semua pikiran dunia mu dan fokus kan semua pikiranmu kepada Allah
3. Selalulah engkau berdiam diri
4. Dan selalu lah engkau tenang
5. Cepat-cepatlah engkau beribadah kepada Allah (contoh: bila terdengar suara adzan cepat-cepat lah untuk engkau menghadap ke pada Allah)
6. Tinggalkan lah semua larangan Allah
7. Dan janganlah engkau menentang nasib, dan beribadahlah engkau dengan senang hati dan kalau engkau belum sanggup dengan senang hati maka lakukanlah dengan sabar karena itu merupakan suatu kebajikan yang sangat besar
8. Berdzikirlah engkau dengan Allah baik dengan ingatan maupun dengan hati(maksud dengan ingatan yaitu :dengan lisan
9. Jadikanlah semua yang di berikan Allah dengan nikmat
10. Dahulukan Allah dari pada hal-hal yang tidak abadi
11. Dan janganlah engkau selalu mengharap kepada mahluk melainkan kepada Allah sebab Allahlah yang pantas kita harap
12. Rasakan di diri kita Bahwa Allah telah melihat kita
13. Rasakan bahwa kita sangat kurang ibadah kepada Allah Dan merasa malu disebabkan kita kurang ibadah kepada Allah
14. Tidak mengandalkan pekerjaan tetapi mengandalkan Allah sang pemberi rezeki
15. Selalulah bertawakkal kepada Allah di sebabkan Allahlah yang selalu memberi yang terbaik kepada Kita.

Dan ini merupakan tata cara agar kita makin dekat kepada Allah semoga Artikel Islam ini memberi perubahan kepada kita semua Amien
“WASSALAM”
(Penceramah : Ust Abdul Qodir Mauladawilah)
(Penulis : Admin MajelisVirtual.com)
(kitab : Bidayatul Hidayah)

Sumber: http://www.buletinislam.co.cc/2010/04/cara-cara-untuk-kita-bisa-lebih-dekat.html