Tuesday, September 21, 2010

Di mana Tempat Tinggalmu Kelak ?

Di ujung senja yang memerah di gurun, udara masih terasa terik, dan perlahan-lahan mulai sejuk, saat menjelang datangnya malam. Lelaki itu bergegas menuju masjid. Menunaikan shalat Maghrib yang akan menjelang. Ia shalat dua rakaat. Sambil terus berdzikir, air matanya mengalir. “Di mana kelak aku berada?" ucapnya lirih. “Adakah aku akan mendapatkan tempat kemuliaan?” keluhnya.Lelaki keturunan orang yang mulia itu kaya raya. Segalanya dimilikinya. Kekayaannya tak terhitung. Melimpah. Karena ia pandai berdagang. Semua pedagang berdagang dengannya. Keuntungannya tak henti-henti. Lelaki itu benar-benar sempurna, hartanya terus bertambah. Tetapi, kala senja ia nampak bersedih, menangis, dan terus menangis. Entah mengapa ia menangis? Sejatinya lelaki itu adalah lelaki yang shaleh dan zuhud dalam hidupnya.

Lelaki itu mengerti kelak akhir kehidupannya. Ia mengetahui orang-orang yang memiliki kekayaan dan istana, segalanya tak lagi berguna. Betapa istana yang megah dan mewah itu semuanya akan pupus, di saat datangnya kematian yang harus diterimanya. Betapa akhir kehidupannya itu, manusia hanyalah menempati sebuah tempat, yang tak lebih lebarnya satu meter dan panjangnya dua meter, yang ditutup dengan papan. Itulah kehidupan alam kubur. Siapapun adanya akan mengalami hal seperti itu. Tidak ada perbedaan antara raja dengan orang miskin.

Pakaian yang indah dan halus terbuat dari sutera, menjadi tak lagi berguna, semuanya akan ditanggalkannya. Siapa saja yang mati, hanyalah menggunakan kain kapan. Itulah pakaian kebesaran yang akan digunakan orang-orang sudah mati. Raja, orang kaya, orang miskin, dan jelata, semuanya hanyalah akan menggunakan kain kafan.

Ketika hidup di dunia, si kaya menggunakan kendaraan yang paling mewah, mungkin seekor unta yang paling baik, bulunya mengkilap, gemuk dan kuat. Tetapi, saat ajal tiba, dan kendaraan yang ditumpangi, tak lain hanyalah keranda, yang tak berharga. Inilah satu-satunya kendaraan yang akan mengantarkannya ke tempat terakhir dalam hidupnya.

Tidak ada lagi kesetiaan yang akan selalu menemani. Isteri–isteri yang cantik dan setia, tak akan menemaninya. Dialam kubur ia hanya sendirian. Tanpa siapa-siapa lagi. Kesetiaan hanya dalam kehidupan dunia. Janji hanya dalam kehidupan dunia. Tidak ada seorang suami atau isteri yang betapapun sangat setianya, mau menemaninya di alam kubur. Ia hanyalah sendirian. Sendirian bersama dengan binatang-binatang yang akan menggerogoti tumbuhnya yang sudah tidak dapat melakukan apa-apa.

Lelaki itu terus bertepekur di dalam masjid. Usai shalat Isya’ tak juga beranjak dari duduknya. Terus berdzikir dan bermunajat kepada Allah Azza Wa Jalla. “Di mana aku kelak berada?” keluhnya. Ia sangat kawatir Sang Pencipta murka, dan tidak mau menerimanya, dan menempatkan dirinya di tempat yang hina. “Ya Rabb, ampunilah segala dosa dan khilafku, dan jauhkanlah aku dari fitnah dunia, serta selamatkanlah aku dari siksamu,” keluhnya.

Allah Azza Wa Jalla memberikan karunia kekayaan yang sangat melimpah kepada lelaki itu. Perdagangannya selalu untung. Tanah pertaniannya yang sangat subur, di kelola para budaknya. Makin lama makin maju, dan hartanya semakin bertambah. Tetapi, lelaki itu tak menjadi lupa dan bersenang-senang dengan kekayaan yang dimilikinya. Sikapnya tak pernah berubah. Hartanya yang melimpah tak melupakan dari taqwanya kepada Allah Azza Wa Jalla.

Maka kekayaannya itu dimanfaatkannya untuk kaum muslimin. Kekayaannya dimanfaatkan untuk membangun jalan menuju akhirat. Sehingga, kekayaan itu menjadi indah baginya, karena semakin banyak kekayaan yang dimilikinya, semakin banyak pula sedekahnya kepada fuqara’. Ia tidak sombong, dan melakukan amal dengan sembunyi-sembunyi.

Di saat malam telah tiba, beliau memikul sekarung tepung di punggungnya, keluar menembus kegelapan malam, ketika orang-orang tidur nyenyak. Beliau berkeliling ke rumah para fuqara’ yang tak suka menadahkan tangannya. Pekerjaan itu ia lakukannya, sampai ajal menjemputnya. Tak pernah henti. Mungkin sesuatu yang tak pernah dimengerti oleh siapapun. Tapi, itulah dilakukan oleh seorang yang sudah zuhud terhadap kehidupan dunia.

Tidak heran banyak orang miskin di Madinah yang hidup tanpa mengetahui dari mana jatuhnya rezeki untuk mereka itu. Setelah lelaki itu meninggal mereka tak lagi menerima rezeki itu. Barulah mereka menyadari siapakah sesungguhnya gerangan manusia dermawan itu?

Sewaktunya jenazah lelaki itu dimandikan, terlihat ada bekas hitam dipunggungnya, sehingga bertanyalah mereka yang memandikannya. “Bekas apa ini?” Lalu, diantara yang hadir menjawab, “Itu adalah bekas karung-karung tepung yang selalu dipikulnya ke seratus rumah di Madinah ini.”

Orang-orang miskin lidahnya kelu, dan hanya dapat berdoa dalam hati, ketika ribuan lelaki mengiringi jenazahnya menuju tempat terakhirnya. Semuanya bersedih. Kekayaan yang melimpah itu, tak bersisa. Lelaki itu juga membebaskan seribu budak, dan memberikan hartanya kepada mereka.

Begitulah lelaki itu. Sikapnya terhadap kehidupan dunia. Tak lagi menolehnya. Sekalipun, begitu banyak harta yang dimilikinya. Itulah cucu Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, Zainal Abidin, yang sangat mulia. Wallahu’alam.
Oleh: Mashadi/http://www.eramuslim.com/

Wednesday, September 1, 2010

JAgalah LisaNmU

Ditulis : Abu Abdirrohman

Bismillahirrohmanirrohim

Alloh 'azza wa jalla berkata :

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidaklah terlafadzkan suatu ucapan melainkan disisinya ada malaikat pencatat roqiib dan 'atiid"(QS. Qhof : 18)

dan Alloh 'azza wa jalla berkata :

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

"Sesungguhnya Robbmu benar-benar mengawasi"(QS. Al Fajr : 14)

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabulloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad sholallohu 'alaihi was salam dan waspadalah kalian pada perkara-perkara yang diada-adakan, maka sesunguhnya perkara yang muhdats adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya didalam neraka. wal 'iyadzubilah

Alloh subhanahu telah memberi nikmat lisan dimana lisan laksana sebuah pedang bermata dua. Lisan yang digunakan untukbertaqwa kepada Alloh Ta'ala seperti untuk membaca Al-Qur'an, mengajak pada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar serta menolong orang yang terdzolimi dan juga lisan juga bisa dipergunakan untuk mengikuti keinginan syaithon seperti membuat perpecahan kaum muslimin, berdusta, bersaksi palsu, ghibah, namimah, melanggar kehormatan orang lain dan ucapan-ucapan yang diharomkan Alloh Ta'ala dan RosulNya.

Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata :

وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ

"dan lisan dan dua buah bibir"(QS. Al Balad : 9)

ketahuilah!!

Semestinya bagi setiap mukallaf untuk menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali perkataan yangnampak adanya suatu maslahat, maka yang sunnah adalah diam dikarenakan terkadang perkataan yang mubah bisa mendorong kepada yang harom atau makruh, bahkan kebanyakan atau pada umumnya kebiasaannya demikian.

"Assalamatu laa ya'diluhaa syai'un"

"keselamatan itu tidak ada bandingannya sedikitpun"

Diriwayatkan di dalam shohih Bukhory dan Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu tentang Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata : " barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya mengatakan perkataan yang baik atau diam"(al adzkar 955)

Imam Nawawi rohimahulloh berkata : hadist ini disepakati atas ke shohihannya didalamnya mengandung bahwa tidaklah semestinya seseorang berbicara kecuali apabila keberadaan pembicaraan tersebut adalah kebaikan maksudnya nampak adanya suatu maslahat baginya, dan kapan meragukan tentang kemaslahatannya maka jangan berbicara. sungguh Imam Syafi'i rohimahulloh berkata : " Apabila dia ingin bicara maka wajib baginya berfikir sebelum berbicara, maka seandainya nampak adanya suatu maslahat, berbicaralah !! dan jikalau dia ragu janganlah dia berbicara sampai nampak kemaslahatannya".(al adzkar hal.264)

Diriwayatkan didalam shohih Bukhory dan Muslim dari Abu Musa al Asy 'ary rodhiyallohu 'anhu, beliau berkata : aku bertanya pada Nabi : muslim manakah yang paling afdhol? Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata : "seorang muslim yang muslim lainnya selamat dari lisannya dan tangannya"(al adzkar 956)

Diriwayatkan didalam shohih Bukhory dan Muslim dari Sahl bin Sa'ad rodhiyallohu 'anhu tentang Rosululloh sholallohu 'alaihi was salam berkata : " Barangsiapa yang memelihara apa-apa yang diantara dua dagunya dan apa-apa yang diantara dua kakinya, aku jamin bagi dia syurga"(al adzkar 207).

Diriwayatkan didalam shohih Bukhory dan Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu,bahwasannya beliau telah mendengar Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata : "sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat tanpa dipikirkan baik dan buruknya sehinga menggelincirkan dengan kalimat tersebut kedalam neraka yang lebih jauh dari apa-apa diantara timur dan barat". dan dalam riwayat Bukhory (lebih jauh dari apa-apa antara timur) dengan tanpa menyebutkan barat.(al adzkar 958).

Dan diriwayatkan didalam shohih Bukhory dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu tentang nabi sholallohu 'alihi was salam berkata : "sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat dari keridho'an Alloh ta'ala dimana dia tidak menganggapnya berarti sama sekali, Alloh Ta'ala mengangkatnya beberapa derajat disebabkan kalimat tersebut, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang dimurkai Alloh Ta'ala dimana dia tidak menganggapnya berarti sama sekali, Alloh menurunkannya kedalam jahannam dengan sebab kalimat tersebut"(al adzkar 959)

diriwayatkan didalam kitabnya Imam Tirmidzi rohimahulloh dari Ibnu Umar rodhiyallohu 'anhuma, beliau berkata : telah berkata Rosululloh sholallohu 'alaihi was salam : " jangan kalian banyak bicara dengan selain dzikrulloh, maka sesungguhnya banyak bicara selain dzikrulloh ta'ala mengeraskan bagi hati dan sesunguhnya paling jauhnya manusia dari Alloh Ta'ala orang yang hatinya keras"(al adzkar 962)

Saudaraku...

Seringkali seseorang merasa mudah untuk menjaga dirinya dari makanan yang harom, berzina, minum khomr dan hal-hal yang dilarang oleh agama akan tetapi merasa berat untuk menjaga lisannya. Sampai-sampai kita saksikan ada orang yang dikenal dengan kezuhudannya, ibadahnya akan tetapi keluar dari mulutnya ucapan yang mendatangkan kemurkaan dari Alloh 'azza wa jalla, wal 'iyadzubillah.

Imam Nawawi rohimahulohu berkata : telah sampai kepadaku bawasannya Qois bin sa'adah dan Aktsam bin Shoifi keduanya berkumpul lalu salah satu dari keduanya mengatakan kepada temannya : berapa banyak aib yang engkau dapatkan pada anak adam? maka temannya menjawab : sangat banyak dan tidak terhingga dan yang sempat aku hitung delapan ribu aib dan aku mendapati satu sifat seandainya ini diamalkan niscaya akan tertutupi semua aib tersebut, temannya bertanya : apakah dia? temannya menjawab : menjaga lisan (al adzkar hal.266)

Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata : " tahanlah atasmu lisanmu dan lapangkanlah rumahmu dan tangisilah kesalahanmu"(berkata Tirmidzi hadist hasan dari Uqbah bin Amir rodhiyallohu 'anhu)

demikianlah efek yang sangat mengerikan dari bahaya lisan bagi individu, masyarakat dan umat islam. saya memohon kepada pemilik Arsy yang agung dengan perantaraan nama-namanya yang indah dan sifatNya yang sempurna agar menjagaku dari akibat lisan yang jelek, Allohlah yang memberi manfaat padaku baik ketika aku masih hidup ataupun setelah meninggal nanti, Alloh Ta'ala berkata :

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

" Pada hari tidaklah memberi manfaat harta dan tidak pula anak kecuali orang yang datang kepada Alloh dengan hati yang selamat"(QS. Asy Syu'aaro 88-89)


Wallohu a'lam bish showab

Bangkalan 12 Romadhon 1431 H
Abu Abdirrohman Anang Al Atsary